Kamis, 03 Maret 2011

Aku, dan Dunia ku

Kelahiran di sudut kota terpencil tanpa penghuni yang sangat mengenal semua arti kehidupan. Mungkin mereka akan mengerti apa yang mereka lakukan dan mereka tak sadari semua itu. Seorang anak lahir ke dunia dengan satu nafas yang memiliki pengharapan yang besar. Kehidupannya sangat dinantikan oleh keluarganya.
Disaat itu mereka berharap sangat besar untuk anak itu. Perjuangan yang begitu berat untuk sang anak, berjuang demi kelangsungan sang anak. Mereka terus melakukan yang terbaik untuk nya. Sang ibu menangis dalam kesendirian di tengah malam yang sunyi ini. Hanya berdoa dan memohon semua nya kepada sang kuasa.
Tapi apa daya yang bisa dilakukan mereka, hanya deru air mata dipipi yang membasuh raut wajah sang ibu. “Di dalam hati sang ibu terukir nama sang anak, seandainya engkau di berikan kesempatan untuk menjalani kehidupa dan mempelajari arti hidup yang seseungguhnya, aku akan menjaga mu hingga akhir hayat kun anti.
Seribu bayang ketakutan di raut sang ibu sangat melkai jiwanya. Beragam pengharapan Dari sang keluarga terus dipanjat kan pada sang ibu.
“Andai Tuhan memberi kan kehidupan yang layak padanya, akan kami ingat dia dalam hati kami semua nya”.
Muzijat itu nyata, sang orangtua sangat terharu melihat sang anak yang dalam cengkraman tertawa merona. Sang anak yang biasa menangis di hadapan ibu, kini kembali tersenyum.
Beberapa tahun ia besar, ia mulai belajar arti hidup. Aku sang anak yang diharapkan untuk hidup di tengah keluarga ku, kini sudah sirna ditelan zaman ini. Kau mulai tak menghargai orangtua yang membesarkan aku. Aku mulai hidup dijalanan yang sangat tidak di harapkan orangtua ku. Aku mulai mengenal kehidupan semata. Mabuk, Judi, narkoba, mencuri dan perbuatan yang tidak disenangi orang banyak. 7 tahun aku hidup dijalanan ibukota. Mulai mencoba, semua yang aku tak mengerti. Hura-hura di pinggiran kota tak menghiraukan semua nya.
Selama itu aku hidup untuk mengenal semuanya. Tak bisa aku tinggal kan semuanya. Dimalam yang dingin aku mulai termenung, lampu jalan menjadi sanksi bisu lamunanku. Aku tak berpikir tentang keluarga. Rasanya aku belum pantas untuk berpikir itu.
Barang haram ku pakai, untuk menenangkan jiwa resah ku ini. Menghalau rasa gundah di hatiku.
Aku berlari di kegelapan malam dingin, aku mulai kembali ke pangkuan ibu ku yang telah merawat ku selama ini. Maaf kan aku mam, aku tahu aku bersalah aku mengerti apa uang kau harapkan dari ku. Kau tak ingin anakmu ini jadi hitam di kehidupan mu, kataku yang menutupi risau hati ku yang perih.
Aku berkeinginan untuk pergi jauh dari mama. Dan mencoba hal yang belum aku ketahui….

Tidak ada komentar:

Posting Komentar