Senin, 07 Maret 2011

billa Anda di acuhkan ...


Bila Anda Diacuhkan…

Pelajaran atau hikmah berikut saya ambil dari peristiwa yang saya alami (lihat, dengar, baca, atau terlibat langsung di dalamnya) hari ini.
Pelajaran #1 : Sandaran hidup.
Pelajaran ini diinspirasi oleh seorang kawan yang mengajak saya chat lewat facebook. Dalam curhat dan serangkaian pertanyaan-pertanyaannya soal masalah yang dia hadapi, saya mengambil satu kata kunci darinya: sandaran hidup. (Terima kasih kawan atas inspirasinya. Saya belajar banyak dari Anda)
Rupanya, setiap orang memiliki sandaran (pegangan, cantolan, atau beking) hidup. Ini yang membuat setiap orang kuat dan memiliki arah dalam menjalani hidupnya. Ini yang mencegah orang dari tindakan bunuh diri.
Masalahnya, tidak semua orang mampu mengenali dan memilih sandaran hidup yang tepat baginya. Kemudian, tidak semua orang sanggup mempertahankan sandaran hidup tersebut. Kadang, dia bisa berpaling atau bahkan lari menghindari sandaran hidupnya.
Sandaran hidup manusia beragam. Harta, tahta, wanita/pria adalah sandaran hidup yang paling populer. Kemudian ada pula yang menjadikan “ilmu”, benda-benda “pusaka/keramat”, kesaktian, atau ajian .
Pelajaran #2 : Beradaptasi bukan mengeluhkan cuaca.
Pagi menjelang siang tadi hujan deras kembali turun. Angin kencang juga ikut menemani hujan. Seperti biasa, timbul sedikit “kerepotan” plus kekhawatiran bila hujan ditemani angin kencang datang berkunjung. Karena keduanya tidak dapat saya atur, maka saya lah yang kemudian harus beradaptasi dengan mereka. Karena meskipun saya telah berulang-ulang mengeluh, toh tetap saja angin dan hujan tidak peduli atas keluhan saya. Jadi daripada setiap kali cuaca tidak bersahabat direspon dengan mengeluh yang menguras energi, sebaiknya beradaptasi sambil memelihara energi diri dan menyalurkannya untuk kegiatan yang lebih konstruktif.
Pelajaran #3 : Mengacuhkan orang lain.
Prinsipnya: acuhkanlah orang yang destruktif. Jangan biarkan orang yang destruktif masuk ke dalam wilayah dirimu (baca:pikiranmu).
Bagaimana bila Anda yang diacuhkan?
Kemungkinan pertama, orang yang mengacuhkan Anda menganggap Anda adalah sosok yang destruktif baginya (saja). Bila ini yang terjadi dan sejatinya Anda tidak memiliki niat destruktif, Anda punya dua pilihan: komunikasikan maksud atau keinginan Anda dengan orang yang bersangkutan atau tinggalkan/acuhkan orang tersebut.
Kemungkinan kedua: orang tersebut bermaksud untuk mengetes/menguji diri Anda. Apakah Anda orang yang “tangguh” atau gampang menyerah bin putus asa? Apakah Anda sungguh-sungguh bin serius ingin menjalin kontak, komunikasi atau hubungan dengannya atau hanya sekedar iseng/main-main saja?
Nah, bila kemungkinan kedua ini yang terjadi, respon Anda…. saya serahkan kepada Anda sendiri. Yang paling penting adalah tetap menjaga “Diri-Kini” Anda agar selalu dalam kondisi konstruktif.
Pelajaran #4 : Mempertahankan Pertemanan/Persahabatan
Sulit juga mempertahankan pertemanan. Ini terutama bila “teman” ini terlalu ingin masuk jauh ke dalam wilayah diri. Apalagi bila ia melakukannya tanpa mengindahkan aturan atau rambu yang sudah kita pasang pada batas wilayah diri.
Ingin menolaknya namun ia terlalu “baik”. Meskipun kebaikannya itu karena ada “maunya”. Lha, bukannya setiap hubungan pertemanan pasti didasari atas ‘kepentingan’?
Memang benar semua hubungan didasari atas kepentingan dari masing-masing pihak. Namun sebagai teman/sahabat/kekasih kita juga harus menyadari “perjanjian” tidak tertulis yang mengikat antara kita dan mereka.  Sebagai wujud penghormatan atas perjanjian tersebut, harus terjadi pola hubungan menang/menang bukan menang/kalah. Entah kita yang (selalu) mengalah dan teman yang (kita) menang(kan) atau sebaliknya kita yang selalu menang dengan cara mengalahkan teman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar